Sebagai muslim kita bersaudara. maka marilah kita perkuat ukhuwah islamiyah tanpa melihat golongan apapun kita dari suku manakah kita, tapi bersatulah karena Allah SWT.

Monday, June 16, 2008

Dalam pandangan Islam, bekerja merupakan suatu tugas yang mulia, yang akan membawa diri seseorang pada posisi terhormat, bernilai, baik di mata Allah SWT maupun di mata kaumnya. Oleh sebab itulah, Islam menegaskan bahwa bekerja merupakan sehuah kewajiban yang setingkat dengan Ibadah. Orang yang bekerja akan mendapat pahala sebagaimana orang beribadah. Lantaran manusia yang mau bekerja dan berusaha keras untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya, akan dengan sendirinya hidup tentram dan damai dalam masyarakat . Sedangkan dalam pandangan Allah SWT, seorang pekerja keras (di jalan yang diridhai Allah tentu lebih utama ketimbang orang yang hanya melakukan ibadah (berdo’a saja misalnya), tanpa mau bekerja dan berusaha, sehingga hidupnya melarat penuh kemiskinan.
Orang-orang yang pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur. Rasulullah SAW amat prihatin terhadap para pemalas. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Abu Dawud dikisahkan, bahwa pada suatu hari beliau menjumpai seorang sahabat sedang duduk bersimpuh di dalam masjid, ketika semua orang sedang giat bekerja. Maka Beliaupun bertanya: ”Mengapa engkau berada dalam masjid di luar waktu shalat, wahai Abu Umamah?” Abu Umamah menjawab: ”Saya bersedih lantaran banyak hutang, wahai Rasulullah”. Lantas beliau bersabda: ”Mari Aku tunjukkan kepadamu beberapa kalimat, dan jika engkau membacanya, Allah akan menghapus kesedihanmu dan menjadikan hutangmu terbayar. Bacalah pada waktu pagi dan sore.”
Do’a tersebut, yang artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari susah dan sedih, lemah dan malas, takut dan kikir, serta tertekan hutang dan penindasan orang lain”. (HR. Bukhari)
Selang beberapa waktu, ketika Rasulullah bertemu kembali dengan Abu Umamah, ternyata ia sudah menjadi orang yang periang dan tidak nampak lagi bersedih hati, sementara hutangnyapun sudah dilunasinya.
Lunasnya hutang Abu Umamah itu, secara logika tentunya berkat kerja keras yang dilakukan oleh Abu Umamah itu sendiri, lantaran rasa malas, lemah, jengkel dan sedih yang selama ini melingkupi dirinya telah terusir digantikan oleh semangat dan daya juang yang keras untuk bekerja dan berusaha dalam rangka melunasi seluruh hutang-hutangnya. Jadi mustahil harta atau uang pembayar hutang itu datang dengan sendirinya, jika yang bersangkutan tetap berpangkutangan.
Dalam Firman Allah SWT, yang artinya: “Dialah Dzat yang telah menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunva dan makanlah sebagian rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Q.S AI-MuIk (67):15)
“Dan Kami jadikan padanva kebun-kebun korma dan anggur, dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supava mereka dapat makan dari buahnva, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?” (Q.S Yaasin(36): 34-35)
”Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramnal shaleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik”. (Q.S Al-Kahfi(18): 30)
”Maka apabila telah dilaksanakan shalat, bertebaranlah kam di muka bum; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Q.S. Al-Jumu’ah (62): 10)
”Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini”. (Q.S Nuh:(71):19-20)
Menyimak beberapa ayat di atas, maka kini menjadi jelas, bahwa setiap Muslim sesungguhnya dituntut untuk bekerja keras, dan disarankan untuk menjelajahi bumi Allah yang maha luas ini, dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, mencari rejeki, menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan agar dapat rnencapai kemuliaan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Adapun mengenai keutamaan bekerja dan keutamaan orang yang giat bekerja keras dijelaskan juga dalam beberapa hadits, yakni sebagai berikut:
”Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas)
”Siapa saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani dan lbnu Abbas)
”Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud as, selalumakan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)
”Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)
”Apabila kamu selesai shalat fajar (shubuh), maka janganlah kamu tidur meninggalkan rejekimu”. (HR. Thabrani)
”Berpagi-pagilah dalam mencari rejeki dan kebutuhan, karena pagi hari itu penuh dengan berkah dan keherhasilan.” (HR. Thabrani dan Barra’)
“Sesungguhnya Allah Ta‘ala suka melihat hamba-Nya bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal”. (HR. Dailami)
“Sesungguhnya seseorang di antara kamu yang berpagi-pagi dalam mencari rejeki, memikul kayu kemudian bersedekah sebagian darinya dan mencukupkan diri dari (meminta-minta) kepada orang lain, adalah lebih baik ketimbang meminta-minta kepada seseorang, yang mungkin diberi atau ditolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Sebaik-baik nafkah adalah nafkah pekerja yang halal.” (HR. Ahmad)
“Sesungguhnya Allah SWT sangat menyukai hamba-Nya yang Mukmin dan berusaha”. (HR. Thabrani dan Baihaqi dari lbnu ‘Umar)
”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)
Ada satu hadits yang sangat menarik, yang meriwayatkan bahwa, pada suatu ketika Rasulullah SAW mengangkat dan mencium tangan seorang lelaki yang sedang bekerja keras. Lantas beliau bersabda: “Bekerja keras dalam usaha mencari nafkah yang halal adalah wajib bagi setiap musalim dan muslimah”.
Semua hadist yang disebutkan di atas bermakna memotivasi, memberi dorongan dan semangat kepada kaum Muslimin untuk giat bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, agar tidak menjadi hina lantaran membebani orang lain dengan menjadi parasit.
Sesungguhnya sebaik-baik makanan dan seseorang, adalah makanan dari hasil keringatnya sendiri lantaran penuh dengan berkah Allah SWT, yang akan menumbuhkan kehormatan diri serta menjauhkannya dari kehinaan hidup.
Lain lagi dengan satu riwayat yang menyatakan bahwa pada suatu ketika Ali bin Abi Thalib ra, diminta oleh seseorang untuk mendoakannya agar banyak rejeki. Namun Ali ra menolak dan malah berkata: “Saya tidak akan mendo’akanmu. Tapi carilah rejeki sebagimana telah diperintahkan Allah Azza Wa Jalla kepadamu”.
Para Nabi Allah SWT adalah Pekerja Keras
Para Nabi yang merupakan manusia-manusia terbaik pilihan Allah SWT, termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang selalu bckerja keras, baik dalam mencari nafkah untuk diri sendiri dan keluarganya, maupun untuk dijadikan teladan dan panutan bagi kaumnya.Nabi Daud as adalah salah satu pengrajin daun kurma yang getol bekerja. Dan menurut sebuah riwayat dari Hasyam bin ‘Urwah dari ayahnya, ketika Nabi Daud as berkhutbah, tanpa rasa sungkan beliau menyatakan dirinya sebagai pengrajin daun kurma untuk dibuat keranjang atau lainnya. Bahkan kemudian beliau memberi saran kepada seseorang yang kebetulan sedang menganggur, untuk membantunya menjualkan hasil pekerjaan tangannya itu.
Nabi Idris as adalah penjahit, yang selalu menyedekahkan kelebihan dari hasil usahanya setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang sangat sederhana.
Nabi Zakaria as adalah tukang kayu. Sementara Nabi Musa as adalah seorang pengembala. Sedang Nabi Muhammad SAW pedagang, bahkan pekerjaan berdagang itu dilakukannya setelah ia bekerja sebagai penggembala domba milik orang-orang Makkah.
Sabda Rasulullah SAW: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali dia adalah pengembala domba”. Para sahabat pun bertanya: “Bagaimana dengan engkau, wahai RasululIah?”. Beliau menjawab: “Ya, akupun pernah mengembala domba milik orang Makkah dengan upah beberapa Qirat”. (HR. Bukhari)
Dalam sabdanya yang lain: “Adam adalah seorang petani, Nuh adalah seorang tukang kayu. Daud adalah pembuat baju besi. Idris adalah seorang penjahit. Dan Musa adalah pengembala”. (HR Hakim)
Bekerja Adalah Sabilillah
Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa; pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW sedang berjalan bersama dengan para sahahat, tiba-tiha mereka menyaksikan seorang pemuda yang nampak gagah perkasa sedang bekerja keras membelah kayu bakar. Dan para sahahat pun berkomentar: “Celakalah pemuda itu. Mengapa keperkasaannya itu tidak digunakan untuk Sabilillah (jalan Allah)?” Lantas, Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kalian berkata demikian. Sesungguhnya bila ia bekerja untuk menghindarkan diri dari meminta-minta (mengemis), maka ia berarti dalam Sabilillah. Dan jika ia bekerja untuk mencari nafkah serta mencukupi kedua orang tuanya atau keluarganya yang lemah, maka iapun dalam Sabilillah. Namun jika ia bekerja hanya untuk bermnegah-megahan serta hanya untuk memperkaya dirinya, maka ia dalam Sabilisy syaithan (jalan setan)”.
Dengan menyimak riwayat hadist tersebut di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa baik atau buruknya serta halal atau haramnya suatu pekerjaan, ternyata ditentukan dari niatnya. Jika kita bekerja dengan maksud untuk menghindarkan diri dari pengangguran misalnya, maka pekerjaan itu baik dan halal. Namun jika tujuan kita bekerja hanya untuk mencari harta serta memperkaya diri sendiri, maka pekerjaan yang kita lakukan itu merupakan pekerjaan hina dan haram, sehingga wajib dijauhi.
Sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah cinta kepada hamba-Nya yang mempunyai hutang usaha, dan siapa saja yang bersusah payah serta bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, lantaran mereka seperti Fi Sabilillah (pejuang dijalan Allah) ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad). (Sumber: Al ’Amal Fil Islam karya Izzuddin Khatib At Tamimi (terj.) Bisnis Islam, alih bahasa H. Azwier Butun, Penerbit PT Fikahati Aneska Jakarta)



Selengkapnya...

Thursday, June 5, 2008

Umat Islam Konflik, Non Muslim Senang

Persitiwa rusuh di Monas Jakarta, 1 Juni lalu, sangat menguntungkan pihak-pihak tertentu. Pertama, menguntungkan pihak pemerintah SBY-JK yang tadinya selalu dikecam dan didemo karena menaikkan harga BBM, namun dengan adanya peristiwa Monas, pemerintah lewat jaringan media massa—cetak maupun teve yang dikuasainya—berhasil memalingkan perhatian rakyat Indonesia dari kehidupan yang kian melarat akibat di naikkannya harga BBM menjadi berpolemik soal pembubaran FPI.
Kedua, peristiwa ini menguntungkan posisi kelompok sesat Ahmadiyah yang seolah menjadi korban. Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) dan puluhan anggotanya telah dibawa polisi, sejumlah cabang-cabang FPI di beberapa wilayah di Jawa dibubarkan. Namun ahmadiyah yang nyata-nyata kelompok sesat dan merusak Islam masih eksis berdiri. Pimpinan dan jemaatnya tidak ada yang ditangkap.
Ketiga, perkembangan peristiwa Monas di mana antara umat Islam sendiri terjadi saling curiga, terbelah antara yang membela FPI berhadapan dengan yang membela Abdurrahman Wahid. Kedua kelompok tersebut sama-sama mengaku sebagai pembela Islam. Padahal jelas, Durahman adalah sahabat Zionis-Yahudi. Namun lewat pencitraan di media dan juga didukung keawaman para pemujanya, jadilah sosok tersebut sebagai manusia setengah dewa.
Hal ini bagaimana pun menjadi ancaman konflik horisontal antara pembela keberanan dengan pembela Durahman. Dan yang senang tentu kalangan non-muslim dan orang-orang yang KTP-nya Islam tapi ideologinya liberalis.
Agar umat Islam Indonesia tidak terjebak dalam permaianan musuh-musuh allah SWT yang tengah ditabuh, maka sejumlah tokoh Islam kemarin (4/6) berkumpul di Masjid Al-Aqam, Tanah Abang, Jakarta, untuk memusyawarahkan agar sesama umat Islam tidak terpancing konflik antar sesamanya.
Anggota Forum Peduli Umat dan Bangsa (FPUB) yang jugaSekjen Komite Solidaritas untu Palestina (KISPA) Ust. Ferry Noor menyatakan, “Sebagai umat tauhid kita harus bersatu. Jangan mau diadu-domba pihak lain yang akan mengambil keuntungan dari kejadian ini. 'FPUB menyeru umat merapatkan barisan.''
Sikap Presiden SBY yang dikenal selama ini selalu peragu dalam mengambil sikap, dalam kasus Monas tiba-tiba menjadi gagah, cepat, dan cenderung reaksioner. Hal ini dikritisi oleh Koordinator FPUB, KH Fikri Bareno. ''Saya bangga setelah insiden Monas, Presiden berpidato dengan gagah, menyesalkan kejadian itu. Tapi, mengapa Presiden tak berpidato segagah dan setegas itu dalam hal pembubaran Ahmadiyah?'' Apakah ini terkait dengan suara Amerika yang dengan cepat juga mengutuk FPI? Bisa jadi.
Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi sudah mengancam agar warga NU jangan mau ikut-ikutan dalam konflik melawan FPI ini. “Pembubaran FPI berada dalam domain pemerintah! Bukan berada dalam kapasitas aturan NU!, '' tegasnya. Hasyim juga sependapat bahwa Ahmadiyah adalah ajaran sesat dan menyesatkan.
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) KH. Syuhada Bahri dalam rilisnya kemarin menyatakan bahwa terjadinya kasus di Monas itu tidak terlepsa dari keraguan pemerintah SBY dalam mengeluarkan SKB Tiga Menteri soal pelarangan kelompok sesat dan menyesatkan bernama Ahmadiyah.



Selengkapnya...

Doa hari ini



Pagi ini ketika aku melangkahkan kaki keluar rumah.
Ya Allah, aku memohon bisa bahagia dengan orang-orang yang aku temui hari ini. Aku juga memohon bahwa mereka juga bahagia dengan keberadaanku. Semua kuserahkan pada-Mu, sehingga tidak perlu ada khawatir dan ketakutan. Karena aku yakin, setiap harinya akan selalu ada kejutan-kejutan indah untukku. Semoga aku dan orang-orang disekitarku dapat saling belajar dan saling memberi manfaat.
Ya Allah, maafkan aku jika beberapa hari ini aku rapuh dan selalu mengeluh. Tapi mulai pagi ini, aku seharusnya bersyukur dengan semua nikmat yang tidak bisa aku hitung. Aku masih bisa bernafas, masih bisa berjalan, masih bisa ketik email ini.
Mohon jauhkan aku dari berkeluh kesah, kesempitan pikiran, kekotoran hati dan dari kemalasan tubuh ini.
Dan Ya Allah…
Yang membaca tulisan ini ini adalah saudaraku yang baik. Jaga, sayangi, kasihi, cintai dan lindungi ia selalu. Mudahkan urusannya, lapangkan hatinya, kuatkan dan teguhkan imannya agar ia tetap istiqomah di jalan-Mu. Sambung cintanya yang pernah terputus dengan cinta-Mu yang Maha Agung, agar setiap waktu, suka dan duka hanya Engkau satu-satuNya yang menjadi sandaran hidupnya.
Mohon limpahkanlah kasih dan berkah-Mu, yang akan senantiasa memenuhi bumi ini... Selamanya dan selamanya....
Maha Suci Engkau, Tuhan Segala Kemuliaan. Semoga kesejahteraan atas para Rasul dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam. Amiin
------------------------------------------------------------------------
*/"Ya Allah, berkenanlah Engkau membuat baik agamaku yang merupakan pemelihara urusanku, berkenanlah Engkau membuat baik duniaku yang aku hidup di dalamnya, berkenanlah Engkau membaikkan akhiratku yang merupakan tempat kembaliku. Berkenanlah Engkau menjadikan hidup sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan, dan menjadikan mati sebagai istirahat bagiku dari setiap kejahatan." (HR. Muslim)/**/


Selengkapnya...