Sebagai muslim kita bersaudara. maka marilah kita perkuat ukhuwah islamiyah tanpa melihat golongan apapun kita dari suku manakah kita, tapi bersatulah karena Allah SWT.

Tuesday, October 28, 2008

Kenalilah dan Ikutilah Rasulullah SAW

Kita sebagai kaum muslimin mempunyai kewajiban dengan ajaran Islam yang dipegangnya, salah satunya adalah mengenal dan mengikuti Rasulullah SAW dalam kehidupan kaum muslimin. Kita tidak mungkin dapat mengetahui dan mengikuti pengajaran-pengajaran Islam, kecuali kita sendiri mengetahui dan mengikuti Rasulullah SAW. Beliau ini sebagai utusan Allah swt untuk mengajarkan Al-Islam kepada seluruh manusia, dan beliau juga sebagai Nabi terakhir di muka bumi ini.
Untuk dapat mengajarkan Al-Islam kepada manusia, beliau banyak memberikan pengorbanan yang tidak sedikit, harta, pikiran dan juga bahkan jiwa beliau bisa teracam. Beliau perlu mengunjungi rumah-rumah yang ada di sekitar beliau, Beliau juga perlu mengunjungi orang-orang yang sedang berkumpul, bahkan Beliau perlu meninggalkan rumah beliau untuk mengunjungi daerah yang cukup jauh. Kisah beliau ketika pergi ke Thaif menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi kita, kaum muslimin. Kadangkala beliau menerima olokan, tekanan, teror, bahkan lemparan kotoran unta dan sebutan sebagai orang gila, tetapi beliau terus melakukan pengajaran kepada manusia.
Sarana dan prasarana yang sangat minim tidak menjadi halangan bagi Beliau untuk terus melakukan pengajaran dan juga ajakan kepada Al-Islam. Di jaman itu tidak ada sarana komunikasi seperti sekarang ini, apakah itu radio, apakah itu internet, apakah itu TV. Tetapi beliau tidak pernah menyerah untuk selalu berkunjung dan mengajak manusia agar beriman dan beribadah kepada Allah swt. Dan beliau tidak segan-segan untuk mendo’akan manusia untuk dapat mengikuti Al-Islam ini, meskipun di antara mereka menghina dan mencemoohkannya. Bagaimana beliau mendo’akan Ummar RA sebelum masuk Islam.
Dalam bab ini, marilah kita sama-sama untuk mengenali beberapa hal yang berhubungan Rasulullah SAW. Allah swt menjelaskan tentang beliau dan juga sangat menekankan untuk mengikutinya dalam kehidupan di dunia ini. Rasulullah SAW tidak hanya mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan Ibadah secara khusus, tetapi beliau mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan yang lainnya, seperti bagaimana menjadi pemimpin yang adil, bagaimana membina keluarga yang sholehah, bagaimana berhubungan suami dan istri, bagaimana akhlaq seorang anak, bagaimana menjadi seorang guru, bagaimana dengan hal jual-beli, juga hutang-piutang, dan yang lainnya. Sehingga Rasulullah SAW sendiri merupakan perwujudan Islam itu sendiri. Oleh karena itu, Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh mengajar para Shahabat RA, dan menanamkan tanggung jawab yang sama kepada generasi itu untuk mengajarkannya kepada manusia lainnya yang tidak pernah bertemu dengan Rasulullah SAW, dan hal inipun terus berlanjut sampai sekarang.
Kenalilah Rasulullah SAW
Allah swt menjelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, dalam ayat-ayat al-quran dengan jelas.
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS Yusuf: 108)
Ayat di atas menjelaskan dengan tegas tugas Rasulullah SAW. Beliau adalah seorang da’i untuk mengajak manusia kepada jalan Islam dengan penjelasan-penjelasan yang jelas. Untuk hal ini Allah swt membimbingnya langsung dengan firman-firmanNya dalam ayat Al-quran.
“Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya” (QS Al-An’aam: 92)
Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, tidak hanya untuk melakukan da’wah di daerah Mekah, tetapi juga disekitarnya. Begitulah aktifitas beliau dilakukan, sehingga untuk kerja da’wah ini beliau mencurahkan tenaga, pikiran dan hartanya agar agama ini dapat diterima oleh manusia dari waktu ke waktu. Dan peran ini juga diambil oleh para Shahabat RA, sehingga banyak kisah menjelaskan tentang hal itu. Bagaimana kisah Abu Dzar RA mengajarkan Islam ketika pulang kampungnya sendiri, sehingga kaumnya memeluk Islam. Bagaimana kisah Abu Bakar RA setelah masuk Islam, maka beliau langsung esok harinya mengajak sekitar lima orang untuk memeluk Islam di hadapan Rasulullah SAW. Begitupun juga dengan Ummar RA setelah masuk Islam, beliau langsung mendatangi Abu Jahal untuk menjelaskan bahwa dia sekarang seorang muslim dan juga da’i.
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmi” (QS At-Taubah:128)
Rasulullah SAW sangat bersedih hati jika manusia tidak beriman dan taat kepada Allah swt. Allah swt menjelaskan dengan sangat jelas tentang beliau. Oleh karena itu, jika kita sering membaca kisah-kisah Rasulullah SAW, kita akan menemukan bagaimana sikap-sikap Rasulullah SAW ketika mengajak manusia untuk memeluk Islam. Rasulullah SAW ketika beliau akan meninggalkan kehidupan yang fana ini, beliau selalu mengingat ummatnya, dan ucapan-ucapan ini diulang berkali-kali. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana kerisauan beliau yang sangat dalam terhadap ummatnya dan juga ummat manusia.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS Al-Anbiyaa: 107)
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS Saba’: 28)
Allah swt menjelaskan bahwa Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, bukan untuk satu generasi yaitu generasi para Shahabat RA, bukan untuk satu kaum yaitu kaum quraisy, bukan untuk satu bangsa yaitu bangsa arab atau bukan untuk satu jaman; tetapi beliau untuk seluruh generasi, seluruh kaum, seluruh bangsa dan juga seluruh jaman sampai hari kiamat nanti. Oleh karena itu, ketika haji wada Rasulullah SAW mengajarkan kepada para Shahabat RA untuk menyampaikan risalah ini kepada siapapun yang tidak hadir pada saat itu, artinya Al-Islam mesti disebarkan ke mana-mana tempat di dunia ini agar rahmat Allah swt dapat disebarkan dengan merata. Tetapi kebanyakan manusia tidak memahami hal ini, bahkan sebagian besar kaum muslimin sendiripun saat ini tidak menyadari dengan hal ini.
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci” (QS Ash-Shaff: 9)
Rasulullah SAW mempunyai peran untuk membawa petunjuk atau ajaran yang haq kepada manusia, meskipun manusia itu sendiri tidak menyukainya. Sehingga tidak heran pada saat Rasulullah SAW menyampaikan risalah ini banyak sekali ejekan, olokan, bahkan teror dan lemparan batu atau kotoran unta. Sehingga ajaran Islam ini akan menjadi tegak di muka bumi dan memimpin peradaban manusia itu sendiri. Dalam hal ini jelas sekali akan menimbulkan ketidaksukaan-ketidaksukaan dari orang-orang yang musyrik atau orang-orang yang mempunyai pandangan yang tidak bersesuaian dengan ajaran Islam itu sendiri.
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui” (Al-Baqarah: 151)
Setelah Rasulullah SAW mengajak manusia untuk masuk ke dalam Islam, maka peran Rasulullah SAW adalah mengajar, mendidik dan membimbingnya dengan baik. Untuk hal ini, Rasulullah SAW tidak hanya mengajar ketika di masjid saja, tetapi di mana-mana tempat yang dapat memberikan pengajaran dan pendidikan Islam. Rasulullah SAW memberikan contoh ketika membangun masjid yang pertama di Madinah, yang mana Rasulullah SAW bersama-sama dengan para shahabat membangunnya. Rasulullah SAW kadangkala mengajarkannya ketika dalam keadaan panas terik, dan para Shahabat RA berdiri, dalam hal ini Rasulullah SAW berkeinginan mengajarkan bahwa padang mahsyar sangat-sangat susah jika tidak taat kepada Allah swt. Rasulullah SAW memberikan permisalan kaum muslimin yang sering mengunjing saudaranya ketika di pasar.
Rasulullah SAWpun memberikan pengajaran ketika dalam pertempuran, misalnya dalam perang badar, dimana Rasulullah SAW berdo’a kepada Allah swt dengan sangat sungguh-sungguh dan penuh dengan derai air mata. Rasulullash SAW mengajar shahabat RA ketika dimarahi oleh orang Yahudi, misalkan kepada Ummar RA. Dan juga beliau mengajarkan bagaimana untuk mensucikan diri untuk lebih banyak berdzikir setelah pagi dan petang. Disinilah peran Rasulullah SAW mengajar, mendidik, dan membimbing, tidak hanya dalam ucapan saja tetapi dalam bentuk kehidupan keseharian, sebagai guru, sebagai suami, sebagai pemimpin, seorang orang sederhana. Sehingga Islam menjadi mudah untuk diamalkan saat itu. Padahal sarana dan prasarana pengajaran, pendidikan dan bimbingan sangat minim, berbeda dengan kita kaum muslimin saat ini, tetapi Islam dapat diwujudkan dengan mudah dan indah. Seperti apa yang dijelaskan oleh Allah swt sendiri dalam surat Ibrahim.
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat” (QS Ibrahim: 24-25)
Masih banyak lagi Allah swt menjelaskan dan menegaskan tentang Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, dalam ayat-ayat Al-quran. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita banyak bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, bahkan jika disampaikan nama dari Nabi kita, tidak menyampaikan sholawatnya, maka kita dianggap sebagai manusia yang kikir. Dan yang lebih penting lagi adalah kita berusaha untuk mengikuti beliau dalam kehidupan kita sebagai muslim.
Ikutilah Rasulullah SAW
Kita sebagai kaum muslimin sangat ditekankan untuk mengikuti dan mencotohi Rasulullah SAW, dan hal ini juga telah dibuktikan oleh generasi para Shahabat RA sehingga kejayaan di dunia dan akherat dapat diperolehnya. Begitupun bagi kita, jika kita berkeinginan mencapai kesuksesan dunia dan akherat, yang mana sering kita menyampaikan do’anya kepada Allah swt, maka tidak ada jalan lain bagi kita kecuali kita sendiri berusaha mengikutinya dengan baik.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Al-Ahzab: 21)
Bagi kita yang sangat berkeinginan dengan rahmat Allah swt dan balasannya di akherat nanti, tidak ada pilihan kecuali kita sendiri mengikuti Rasulullah SAW. Dalam diri Rasulullah SAW terdapat suri tauladan bagi kita dalam segala hal, ilmunya, hikmahnya, akhlaqnya, kepemimpinannya, kesedehanaannya, kedermawanannya, kesungguhannya, pengorbanannya, ketelitiannya, kehati-hatiannya, ketaqwaannya, keikhlasannya, ibadahnya, dzikirnya, kesehariannya, dsb. Oleh karena itu kita dituntut untuk selalu mempelajari dan juga mendalami tentang sunnah-sunnah beliau.
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Ali Imran: 31)
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka” (QS An-Nisaa’: 80)
Allat swt menjelaskan jika kita benar-benar beriman kepadaNya dan segala-gala hanya untukNya, maka kita sebagai muslim harus mengikuti Rasulullah SAW sebagai Nabi terakhir yang ditugaskan untuk mengajarkan Islam sebagai agamaNya. Begitupun sebaliknya, jika kita mentaati Rasulullah SAW maka hal itu menunjukkan bahwa kita mentaati Allah swt.
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS An-Nisaa’: 69)
Kita selalu meminta kepada Allah swt dalam sholat kita untuk tidak dimasukkan ke dalam golongan yang dimurkai dan juga yang sesat, tetapi meminta agar dimasukkan ke dalam golongan yang diberi nikmat oleh Allah swt. Ketaatan kepada Allah swt dan Rasulullah SAW akan mengarahkan kita untuk bersama-sama dengan golongan yang diberi nikmat itu adalah para Nabi, para shadiqin, para syuhada, dan juga orang-orang sholeh. Oleh karena itu tidak ada jalan lain bagi kita kecuali kita berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengikuti Rasulullah SAW dalam kehidupan kita. Para ulama setelah generasi para Shahabat RA telah aktif mencatatkan tentang Rasulullah SAW ini ke dalam kitab-kitabnya, dan kitab-kitab ini telah menjadi sumber yang sangat berharga, seperti susunan Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Nasa’i, Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, Imam Syafi’i, Imam Malik dsb.
Rasulullah menjelaskan dengan tegas kepentingan untuk mengikuti sunnahnya. Dan hal ini dapat ditemukan dalam kitab-kitab yang disusun ulama.
“Dari Abi Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW berkata: setiap ummatku masuk surga kecuali yang enggan. Ditanya: siapa orang yang enggan? Berkata Rasulullah: barangsiapa yang taat kepada ku, masuk surga, dan barangsiapa yang melanggarku, sungguh-sungguh orang yang enggan” (HR Imam Bukhari, Kitab Miskatul Mashobih Jilid 1 no. 143)
“Dari Anas bin Malik berkata bahwasanya Rasulullah SAW berkata: telah kutinggalkan dua perkara di lingkungan kamu yang mana kamu tidak akan tersesat jika kamu memegangnya, yaitu Kitabullah dan Sunnah RasulNya” (Diriwiyatkan di Al-Muwatho, Kitab Miskatul Mashobih Jilid 1 no. 186).
Masih banyak lagi penjelasan dalam al-quran dan juga kitab-kitab hadist untuk mengikuti Rasulullah SAW. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama untuk mempelajari dan juga mendalami sunnah-sunnah Rasulullah SAW dan mewujudkannya dalam kehidupan kita sebagai muslim, dan kita juga perlu mengajarkannya dan mendakwahkannya kepada kaum muslimin yang lainnya untuk lebih belajar dan mengamalkan apa-apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Jazaakumullooh khoiron katsiiroo 'ala kulli haal






Selengkapnya...

Sunday, October 19, 2008

Dukungan Pengesahan RUU Pornografi Petition

Dukungan Pengesahan RUU Pornografi Petition





Selengkapnya...

Thursday, October 16, 2008

SEPUTAR JAMAAH TABLIGH

Bismillaahirrohmaan irrohiim,
Assalaamu'alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh.


Dakwah adalah tulang punggung agama. Semua Nabi as. Di turunkan di dunia untuk berdakwah. Denga dakwahlah awal wujudnya agama. Nabi Muhammad saw sendiri telah mencontohkan perjuangannya dalam berdakwah, begitu pula para sahabat r.a.. Perjuangan dan pengorbanan beliau telah banyak di kisahkan dalam kitab-kitab. Hampir seluruh waktu, harta, bahkan diri mereka habis di gunakan untuk memperjuangkan agama. Dengan sebab perjuangan dan pengorbanan Rasulullah saw, yang kemudian di lanjutkan para sahabat ra, Islam telah menjadi revolusi terbesar yang pernah ada dalam peradapan manusia. Revolusi tersebut meliputi berbagai bidang, termasuk revolusi akhlak dan moral sehingga menjadikan tatanan masyarakat terbaik yang pernah ada. Islam waktu itu telah menunjukkan wibawanya sehingga menjadi kaum yang paling di segani di seluruh dunia. Al-quran dan hadist telah banyak menyebutkan tentang pentingnya dakwah dan tabligh. Tegaknya usaha dakwah sangat mempengaruhi kemajuan dan kemerosotan umat. Banyak wilayah / negara yang dulu jaya dengan ajaran Islamnya kini tinggal bekasnya saja. Hal ini terjadi karena kurangnya kepedulian umat untuk mengamalkan dan mengusahakan agama.

Syaikh Muhammad Ilyas rah.a salah satu tokoh yang memahami cita-cita dan perjuangan Rasulullah saw beserta para sahabat ra merasakan kerisauan yang dalam atas ketidak pedulian umat terhadap agama. Apalagi keadaan masyarakat mewat ( India) yang beliau saksikan waktu itu yang jauh dari agama. Hal itu semakin menambah kerisauan dan rasa nyeri di hati beliau yang kemudian berusaha mencari jalan keluar untuk mengubah suasana dan keadaan masyarakat mewat atas dasar cinta beliau kepada Umat Islam. Beliau berusaha menegakkan kembali kepentingan usaha dakwah dan menanamkan kepahaman pada umat tentang pentingnya dakwah untuk di usahakan sebagaimana yang telah di tuntut oleh agama, serta agar setiap individu memiliki rasa tanggung jawab untuk memajukan agama. Akhirnya beliau mengirim rombongan dakwah dari mewat untuk di gerakkan dengan tujuan mempraktekkan kehidupan Islami dan membudayakan usaha dakwah serta usaha amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan masyarakat. Serta agar berlatih mengorbankan harta, diri dan waktu untuk agama.


Sejarah telah menjadi saksi betapa besar pengaruh gerakan dakwah yang di tegakkan kembali oleh Syaikh Muhammad Ilyas rah.a. Dan telah menjadi fakta yang tak terbantahkan andil gerakan dakwah dan tabligh serta usaha perbaikan umat tersebut dalam meninggikan kalimat imaniyah di akhir abad ke-20 ini. Sehingga menjadi tinggilah kepentingan agama di atas kepentingan lainnya dan kepentingan usaha atas agama di atas usaha lainnya. Kemudian orang-orang berbondong-bondong untuk mengutamakan amal daripada mal (harta), menghidupkan sunnah-sunnah dan adab-adab nabawiyah serta menyiapkan diri untuk menjadi pejuang-pejuang agama, dengan mengorbankan harta dan diri mereka di jalan Allah (semata-mata mengharap keridhaa-Nya).

Karena taufik dan inayah dari Allah swt. sajalah, usaha dakwah dan tabligh tersebut kini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Allah-lah yang menolong usaha dakwah terswebut dan Allah kuasa untuk menghancurkanya. Pada saat ini dapat di lihat betapa banyaknya manusia yang berbondong-bondong keluar di jalan Allah ke setiap penjuru, bahkan ke setiap sudut perkampungan terpencil dengan semangat, niat, cara dan tujuan yang sama untuk menyebarkan agama, hidayah dan perdamaian. Setiap hari selalu ada jamaah atau rombongan dakwah yang terus di kirim ke berbagai wilayah. Mereka senantiasa mendakwahkan agama siang dan malam, mengingatkan umat bahwa tidak ada jalan menuju kebahagiaan kecuali mengamalkan agama. Tujuan mereka yaitu untuk memperbaiki diri serta agar agama yang telah di turunkan Allah swt dengan sempurna ini bisa wujud dalam kehidupun umat islam seluruh alam (khususnya pada diri pekerja dakwah itu sendiri). Sehingga seluruh kampung-kampung di seluruh alam bisa hidup sebagaimana Madinah Al-munawarah pada jaman Rasulullah saw. Masjid-masjid seluruh alam bisa hidup sebagaimana kehidupan masjid Nabawi pada jaman Rasulullah saw. Serta agar manusia memahami pentingnya kerja atas agama melebihi kerja atas kebendaan.

Tidak ada satupun lapisan masyarakat yang tertinggal dalam menyambut seruan untuk dakwah tersebut, dari Ulama-ulama, Hufadz Qur’an, pelajar, orang awam, orang miskin, konglomerat, intelek, pengusaha, pejabat, orang kota, orang desa, sampai bekas preman. Serta telah di amalkan umat di seluruh belahan dunia. Berkat usaha dakwah dan tabligh tersebut telah banyak orang yang hidupnya kelam mejadi terang, banyak orang kembali tobat dari kemaksiatannya. Dalam usaha ini seolah-olah perbedaan suku, bahasa, negara, status sosial menjadi kabur kemudian duduk rapat-rapat sebagai umat akhir jaman yang mempunyai tanggung jawab untuk meneruskan risalah kenabian. Bersatu padu menyatukan fikir dan saling tolong-menolong dalam memperjuangkan agama yang sedang di timpa sakit yang parah ini. Ini juga bukti bahwa dakwah memang ampuh untuk memperkuat persatuan umat dan menghindari perpecahan.

Amalan dakwah ini telah bergerak dan berkembang di Afrika seperti Maroko, Al-Jazair, Tunis, dan Libya. Amalan dakwah ini juga bergerak dan berkembang di Perancis, Belgia, Belanda, Albania, Inggris dan Amerika. Juga di Timur tengah seperti Mesir, Jordania, Syiria, Libanon, Yaman dan negara-negara Arab lainnya, di samping juga di negeri tempat asal mula usaha ini berkembang, yakni India. Saat ini lebih dari 240 negara telah hidup amalan dakwah ini.

Usaha dakwah dan tabligh tersebut bisa berkembang dengan baik meskipun di negara-negara barat yang sangat minoritas Islamnya (seperti Amerika, Eropa, Australi dll). Dengan sebab usaha dakwah di sana, panji-panji Islam semakin berkibar tinggi. Di sana orang-orang semakin berani untuk menampakkan ke-Islamannya. Orang semakin bangga untuk memakai atribut-atribut sunnah seperti sorban dan ghamis. Bahkan banyak orang yang akhirnya masuk Islam asbab usaha dakwah tersebut.

Suatu usaha yang besar, berskala dunia dan berkaliber Internasional tentu mengundang reaksi yang besar pula. Berbagai sorotan dan kritikan datang dari segala arah, Ada yang mendukung, simpati, mendorong dan mencintainya. Ada juga yang membenci, dan menghalang-halangi. Hal ini wajar, hampir semua pembaharuan selalu di iringi pertentangan. Namun fakta membuktikan, siapapun yang terjun langsung dalam kerja dakwah tersebut maka akan timbul jazbah (semangat) untuk mengamalkan agama. Dan timbul semangat untuk mendakwahkan agama tersebut kepada orang lain.

Tentang asal nama "Jamaah Tabligh”, Pada dasarnya tidak ada penamaan resmi terhadap kerja dakwah ini, dan awal gerakan da’wah tersebut juga memang tidak ada nama khusus. Munculnya nama "Jama’ah Tabligh" terwujud secara alami, sebagaimana jika orang menjual ikan maka orang-orang akan menyebutnya "Penjual Ikan" atau jika orang menjual buah-buahan maka orang-orang akan memanggilnya "tukang buah".

Di kisahkan bahwa Maulana Muhammad Ilyas rah.a. ketika memulai kegiatan dakwah tabligh ini mengatakan, “aku tidak memberikan nama apa pun terhadap usaha ini. Tetapi, seandainya aku memberinya nama, tentu aku menamakannya ‘gerakan iman’”. Beliau menyadari bahwa memberikan satu nama khusus pada kegiatan ini berarti membuat pengelompokan baru pada ummat. Ada umat yang anggota dan yang bukan anggota. Sedangkan dakwah dan tabligh adalah satu amal ibadah seperti sholat, puasa, dzikir, dan sebagainya. Sebagaimana dalam ibadah-ibadah lain tidak ada pengelompokkan dan keanggotaan (misalnya kelompok ahli sholat, ahli puasa, dan lain-lain) demikian pula halnya dengan dakwah dan tabligh. Selain hal itu, dakwah adalah tanggung jawab setiap individu ummat ini yang harus mereka tunaikan tanpa kecuali. Bila di bentuk satu kelompok dakwah, tentu akan timbul kesan bahwa dakwah adalah tugas anggota kelompok dakwah saja. Dengan berbagai pertimbangan itulah Maulana Ilyas tidak memberikan nama terhadap usaha dakwah tabligh.

Bahkan, di berbagai wilayah Indonesia orang-orang mempunyai sebutan yang berbeda-beda. Misalnya jamaah silaturahmi, kuba, jaulah, khuruj, osamah, jama’ah tholib, bahkan ada yang menyebut jamaah kompor karena sering membawa kompor kemana-mana. Ada juga sejumlah aktivis da’wah yang kurang senang bila dirinya di sebut anggota jamaah tabligh. Dakwah dan tabligh adalah tanggung jawab seluruh umat bukan tugasnya sekelompok orang tertentu. Namun yang menjadi kesalahpahaman besar, terutama di Indonesia adalah menganggap kerja tersebut hanya milik kelompok tertentu. Padahal di harapkan semua umat ikut ambil bagian dalam kerja dakwah ini sekuat kemampuan yang bisa di berikan.

Azas (landasan) dari kerja dakwah tersebut adalah musyawarah yang berdasarkan ruang lingkupnya terbagi dalam beberapa tingkatan musyawarah. Tingkat yang paling besar adalah musyawarah dunia yang biasanya di adakan 2 tahun sekali. Musyawarah nasional biasanya di adakan 4 bulan sekali (Utk Indonesia), kemudian di bagi lagi dalam wilayah-wilayah yang lebih kecil, misalnya musyawarah jawa tengah biasanya 2 bulan sekali, di bagi lagi dalam musyawarah halaqoh (kawasan) biasanya 1 minggu sekali. Sedangkan yang terkecil adalah musyawarah harian yang biasanya di adakan setiap hari di maholla (masjid) masing-masing. Setiap pekerja dakwah juga di anjurkan bermusyawarah setiap hari dengan keluarga di rumahnya masing-masing untuk kemajuan agama (setidaknya kemajuan agama dalam keluarga), sehingga ahli keluarga ikut ambil bagian dalam usaha dakwah. Selain itu juga masih banyak musyawarah-musyawarah lain yang belum di sebutkan di atas karena setiap kerja selalu di awali dengan musyawarah. Dalam musyawarah dunia, perkembangan dakwah di evaluasi, serta di bicarakan terti-tertib yang akan di ambil dalam periode yang akan datang. Sehingga terkadang terjadi perubahan tertib setelah musyawarah dunia.

Pembagian-pembagian wilayah dalam peta dakwah tabligh tersebut tidak terpengaruh oleh batas-batas formal yang ada dalam pemerintah.

Berdasarkan tempat berdakwah terbagi menjadi dua, yaitu intiqoli dan maqomi. Intiqoli yaitu dakwah di tempat orang lain atau kampung lain dengan berpindah atau dengan melakukan perjalanan dengan masa tertentu. Orang di sekitar tempat yang di datangi di harapkan akan memberi bantuan untuk kerja dakwah sehingga terjalin kerjasama antara pendatang dengan orang tempatan, sebagaimana kerjasama yang terjalin antara Sahabat muhajirin dan anshor di Madinah pada jaman Rasulullah saw. Sedangkan maqomi adalah dakwah di tempatnya masing-masing. Setiap pekerja di anjurkan untuk meluangkan beberapa jam setiap harinya untuk bersilaturahmi dengan orang-orang di sekitar tempatnya masing-masing untuk mendakwahkan agama. Dalam berdakwah juga di kenal istilah amalan secara infirodi dan Ijtima’i. Infirodi yaitu amalan secara individu sedangkan ijtima’i secara berkelompok(berjamaah). Begitu pula dalam berdakwah juga bisa di lakukan secara infirodi maupun ijtima’i.

Pekerja dakwah di anjurkan untuk mengikuti tertib-tertib dan arahan-arahan yang di sepakati guna menjalankan dakwah, misalnya ketika keluar di jalan Allah (khuruj fi sabilillah) hendaknya memperbanyak da’wah ilallah, ta’lim wa ta’lum, dzikir wal ibadah,dan khidmat. Mengurangi masa makan dan minum, tidur dan istirahat, bicara sia-sia, keluar dari lingkungan masjid. Menghadapi segala kesulitan dengan sabar. Jangan menyinggung masalah politik, khilafiyah (perbedaan pendapat di kalangan ulama), status sosial, dan derma sumbangan dalam berdakwah (ketika keluar). (Tidak boleh menyinggung masalah politik dan khilafiyah karena membicarakan hal tersebut ketika keluar di jalan Allah bisa menimbulkan perdebatan dan perpecahan di antara jamaah). Dan masih banyak arahan-arahan lainnya.

Pada jaman Rasulullah saw, masjid Nabawi menjadi pusat kegiatan umat, dari sana di bentuk jamaah / rombongan dakwah maupun jihad. Di sana juga sebagai pusat belajar-mengajar, pusat beribadah dan pusat melayani umat, Sehingga dalam usaha dakwah dan tabligh ini juga menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan dakwah. Berangkat dari masjid dan kembali lagi ke masjid. Untuk kawasan tertentu ada masjid yang di jadikan markaz (bahasa arab untuk kata centre/pusat). Di situlah biasanya para pekerja dakwah melakukan ijtima’ (pertemuan).

Dalam ijtima’ tersebut juga di bentuk jama’ah-jamaah yang akan di kirim ke berbagai tempat untuk berdakwah. Pada malam ijtima’ di adakan bayan (majelis penerangan untuk menerangkan maksud serta tujuan dakwah dan tabligh). Petugas bayan (mubayin) memberikan nasihat serta dorongan kepada para jamaah agar memikul tanggung jawab agama dengan cara mengorbankan sebagian dari harta, diri dan waktu, untuk keluar di jalan Allah. Bayan di akhiri dengan tasykil yaitu tawaran serta bujukan kepada para jamaah untuk mengorbankan sebagian harta, diri dan waktu untuk keluar di jalan Allah dengan masa tertentu dalam rangka mendakwahkan agama. Kemudian orang yang berniat untuk ikut keluar (khuruj fi sabilillah) mendaftarkan diri untuk di data. Di sana juga biasanya di bacakan kitab Hayatus-Shohabah yang berisi perjuangan dan pengorbanan para sahabat untuk agama, sehingga para jamaah bisa meneladani para sahabat r.a. dalam mengamalkan dan memperjuangkan agama. Dengan begitu juga bisa dirasakan bahwa pengorbanan para jamaah belum ada apa-apanya di bandingkan pengorbanan para sahabat r.a dalam membela agama. Orang yang mendapat tugas membaca kitab Hayatus-Sohabah haruslah orang ‘Alim(berilmu).

Kelebihan mereka dalam berdakwah adalah kerelaan mereka mengorbankan keperluannya untuk kepentingan dakwah. Mereka rela mengorbankan sebagian harta, diri dan waktu mereka untuk mendakwahkan agama sampai melewati batas pulau dan batas negara. Dalam berdakwah mereka siap di caci dan di maki, hal itu tidak akan menghentikan mereka. Hubungan antara pekerja dakwah ini sangat erat, mereka memiliki kesatuan hati yang sangat kuat, di dalamnya ada kasih sayang, dan semangat mengutamakan orang lain (itsar). Keindahan hubungan mereka dapat di lihat dari ijtima’-ijtima’ yang di adakan. Kasih sayang ini bukan hanya untuk sesama pekerja dakwah saja. Dalam berdakwah jamaah senantiasa berusaha menjalin hubungan dengan baik kepada orang-orang yang di temui. Dalam berdakwah di anjurkan menghindari perdebatan serta berdakwah dengan penuh hikmah dan bijak. Para Da’i di anjurkan menghadirkan sifat okromul muslimin (memuliakan sesama muslim) terutama kepada Ulama yang di jumpai.

Tidak ada paksaan dalam menjalankan usaha dakwah ini. Walaupun para masyaikh dan Syuro senantiasa memberi arahan-arahan dan nasihat dalam mengamalkan dakwah, tapi dalam pelaksanaanya apakah akan di amalkan atau tidak kembali kepada setiap individu. Namun alangkah baiknya jika semua orang bisa ikut ambil bagian dalam usaha ini. Usaha dakwah tersebut sangat terbuka, semua orang bisa ikut ambil bagian dalam usaha dakwah.

Para masyaikh(ulama) juga senantiasa mengingatkan kepada orang-orang yang bekerja di bawah usaha dakwah tersebut bahwa tujuan utama dalam mengamalkan dakwah tersebut adalah untuk memperbaiki diri (ishlah), memperbaiki orang lain bukanlah tujun utama mereka dalam berdakwah.

Amalan dakwah yang telah di konsepkan sangat bagus dan mulia, tapi yang menjalankan dan mengamalkan juga manusia biasa yang datang dari berbagai latar belakang. Tidak mungkin bisa terhindar dari kesalahan. Jika di cari-cari kekurangan mereka, tentu akan banyak di temukan, hal ini wajar. Di antara mereka sudah ada yang bertugas untuk mengarahkan dan meluruskan.

Secara realita kondisi umat saat ini pada umumnya sudah jauh dari apa yang di wasiatkan Rasulullah saw. Banyak masjid di bangun namun semakin sedikit yang memakmurkannya. Masjid sudah semakin megah namun semakin sepi dari amalan. Pemuda-pemuda kita lebih bangga menirukan gaya selebriti daripada Nabi kita. Kita sebagai Umat Islam tidak sadar telah ikut terbawa budaya yahudi dan nasrani. Kini agama, satu-satunya yang menjadi sebab kebahagiaan, kemuliaan dan kejayaan dunia akhirat di anggap sesuatu yang tidak penting sehingga di abaikan begitu saja. Dengan memberi ummat kitab tebal kemudian kita cuma berharap agar umat mengamalkanya sementara mereka belum memahami kepentingan agama merupakan perkara yang hampir mustahil.

Opini masyarakat terbentuk dari apa yang mereka lihat, masyarakat sudah kesulitan melihat kehidupan islam yang sesungguhnya. Cara bagaimana bermu’amalah, mu’asyaroh, berakhlak yang dulu pernah di ajarkan Rasulullah saw kini telah hilang dari umat Islam. Jika dulu ada yang bertanya bagaimana akhlak Rasulullah saw maka bisa di jawab akhlak beliau adalah Al-quran. Namun saat ini kehidupan Islami seolah-olah hanya di dalam buku-buku saja......

Di jaman sekarang ini, budaya materialisme sudah sangat kental dalam kehidupan masyarakat, masih adanya sekelompok orang yang mau berkorban untuk mendakwahkan agama merupakan suatu rahmat dari Allah swt yang seharusnya kita tolong dan kita syukuri. Thola’albadru‘alaina mintsaniyatilwada’ wajaba syukru ‘alaina maada’alillahida’. (Telah terbit purnama di atas kita muncul dari tsaniyatul wada’, wajib bersyukur atas kita selama masih ada Da’i yang mengajak kepada Allah)……

Jazaakumullooh khoiron katsiiroo 'ala kulli haal






Selengkapnya...

Sunday, October 12, 2008

Sabda-sabda Rasulullah saw Mengenai Anak :

1. Bau tubuh anak-anak adalah sebagian dari angin surga.
2. Surga itu adalah sebuah kampung kesenangan, tidak masuk surga melainkan orang yang menyukai anak-anak.
3. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang menangis karena takutkan Allah SWT. Orang yang menangis oleh Allah SWT diharamkan akan api neraka ke atas tubuhnya.
4. Ciumlah anakmu karena pahala setiap ciuman itu dibalas dengan satu derajat di surga.
5. Barangsiapa keluar ke pasar muslimin dan membeli barang-barang dan kembali ke rumah dengan membawa buah tangan untuk anak-anaknya niscaya mendapat rahmat dari Allah SWT dan tidak akan disiksa di hari kiamat.
6. Barangsiapa membeli akan sesuatu di pasar untuk ahli keluarganya dan ia memikulnya ke rumah pahalanya seperti ia member sedekah untuk orang yang sangat berhajat.
7. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak laki-laki, maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah ia memerdekakan hamba sahaya dari kalangan bani Israil.
8. Mengutamakan uang belanja anak-anakmu.
9. Suruhlah anak-anak mu shalat ketika berumur 7 tahun dan pukullah ia karena meninggalkan shalat ketika berumur 10 tahun dan pisahkan anak laki-laki dan perempuan dalam tempat tidurnya.
10. Memuliakan anak-anak dengan mengajarkan kepada mereka adab dan ilmu agama. Barangsiapa memuliakan anak-anaknya maka Allah SWT akan memuliakannya di surga.
11. Barangsiapa diberi rezeki seorang anak, wajiblah baginya mengajarkan anak itu adab dab akhlak semoga ia mendapat kemudahan rezeki dari syafaat anak-anaknya.
12. Barangsiapa meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan jahil dia turut menanggung tiap dosa yang dilakukan oleh anaknya itu dan barangsiapa membekalkan anaknya itu dengan ilmu dan adab, maka pahala anak itu turut diperolenya.
13. Sesuatu yang lebih mulia diberikan oleh bapak kepada anaknya ialah mengajarkan adab. Mengajar anak tentang adab lebih utama daripada menakut-nakutkan dia dengan pukulan karena meninggalkan kebaikan atau melanggar perintah Allah.

Jazaakumullooh khoiron katsiiroo 'ala kulli haal

Subhaanka Allohumma Wa Bihamdika Asyhadu Allaa Ilaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa Atubu Ilaika


Selengkapnya...